Infeksi saluran pernapasan akut (ISPA)
merupakan penyakit utama penyebab kematian bayi dan sering menempati urutan
pertama angka kesakitan balita. Penanganan dini terhadap penyakit ISPA terbukti
dapat menurunkan kematian.
ISPA merupakan penyakit saluran
pernapasan akut dengan perhatian khusus pada radang paru (pneumonia), dan bukan
penyakit telinga dan tenggorokan. ISPA disebabkan oleh bakteri (Diplococcus pneumoniae, Pneumococcus,
Streptococcus pyogenes, Staphylococcus aureus, Haemophilus influenzae, dan
lain-lain), virus (influenza,
adenovirus, sitomegalovirus), jamur
(Aspergilus sp., Candida albicans, Histoplasma,dll), aspirasi (makanan,
asap kendaraan bermotor, BBM, cairan amnion pada saat lahir, benda asing
(biji-bijian, mainan plastik kecil, dll). Klasifikasi penyakit Ispa terdiri
dari:
§
Bukan Pneumonia, mencakup kelompok
pasien balita dengan batuk yang tidak menunujukkan gejala peningkatan frekuensi
napas dan tidak menunjukkan adanya tarikan dinding dada bagian bawah kea rah
dalam. Contohnya adalah common cold, faringitis, tonsillitis, dan otitis.
§
Pneumonia, didasarkan pada adanya batuk
dan atau kesukaran bernapas. Diagnosis gejala ini berdasarkan umur. Batas
frekuensi napas cepat pada anak berusia dua bulan sampai <1 tahun adalah 50
kali per menit dan untuk anak usia 1 samapi <5 tahun adalah 40 kali per
tahun.
§
Pneumonia berat, didasarkan pada adanya
dan atau kesukaran bernapas disertai sesak napas atau tarikan dinding dada
bagian bawah kea rah dalam (chest indrawing) pada anak usia dua bulan sampai
<5 tahun. Untuk anak berusia <2 tahun, diagnosis ditandai dengan adanya
napas cepat yaitu frekuensi pernapasan sebanyak 60 kali per menit atau lebih,
atau ada tarikan yang kuat pada dinding dada bagian bawah kea rah dalam (severe
chest indrawing).
Penyakit
ISPA sering terjadi pada anak-anak. Episode penyakit batuk pilek pada balita di
Indonesia diperkirakan 3—6 kali per tahun (rata-rata 4 kali pertahun), artinya
seorang balita rata-rata mendapatkan serangan batuk pilek sebanyak 3—6 kali
setahun. Dari hasil pengamatan epidemiologi dapat diketahui bahwa angka
kesakitan di kota cenderung lebih besar daripada di desa. Hal ini mungkin
disebabkan oleh tingkat kepadatan tempat tonggal daripada di desa.
Di
negara berkembang, penyakit pneumonia merupakan 25% penyumbang kematian pada
anak, terutama pada bayi berusia kurang dari dua bulan. Dari survei kesehatan
rumah tangga (SKRT) tahun 1986 diketahui bahwa morbiditas pada bayi akibat
pneumonia sebesar 42,4% dan pada balita sebesar 40,6%, sedagkatan angka
mortalitas pada bayi akibat pneumonia sebesar 24% dan pada balita sebesar 36%.
Hasil
SKRT tahun 1992 menunujukkan bahwa angka mortalitas pada bayi akibat penyakit
ISPA menduduki urutan kedua (13%). Di Jawa Tengah pada tahun 1999 penyakit ISPA
selalu menduduki rangking satu pada sepuluh besar penyakit pasien rawat jalan
di puskesmas