Minggu, 26 Oktober 2014

ISPA Berbahaya

Infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) merupakan penyakit utama penyebab kematian bayi dan sering menempati urutan pertama angka kesakitan balita. Penanganan dini terhadap penyakit ISPA terbukti dapat menurunkan kematian.
ISPA merupakan penyakit saluran pernapasan akut dengan perhatian khusus pada radang paru (pneumonia), dan bukan penyakit telinga dan tenggorokan. ISPA disebabkan oleh bakteri (Diplococcus pneumoniae, Pneumococcus, Streptococcus pyogenes, Staphylococcus aureus, Haemophilus influenzae, dan lain-lain), virus (influenza, adenovirus, sitomegalovirus), jamur (Aspergilus sp., Candida albicans, Histoplasma,dll), aspirasi (makanan, asap kendaraan bermotor, BBM, cairan amnion pada saat lahir, benda asing (biji-bijian, mainan plastik kecil, dll). Klasifikasi penyakit Ispa terdiri dari:
§  Bukan Pneumonia, mencakup kelompok pasien balita dengan batuk yang tidak menunujukkan gejala peningkatan frekuensi napas dan tidak menunjukkan adanya tarikan dinding dada bagian bawah kea rah dalam. Contohnya adalah common cold, faringitis, tonsillitis, dan otitis.
§  Pneumonia, didasarkan pada adanya batuk dan atau kesukaran bernapas. Diagnosis gejala ini berdasarkan umur. Batas frekuensi napas cepat pada anak berusia dua bulan sampai <1 tahun adalah 50 kali per menit dan untuk anak usia 1 samapi <5 tahun adalah 40 kali per tahun.
§  Pneumonia berat, didasarkan pada adanya dan atau kesukaran bernapas disertai sesak napas atau tarikan dinding dada bagian bawah kea rah dalam (chest indrawing) pada anak usia dua bulan sampai <5 tahun. Untuk anak berusia <2 tahun, diagnosis ditandai dengan adanya napas cepat yaitu frekuensi pernapasan sebanyak 60 kali per menit atau lebih, atau ada tarikan yang kuat pada dinding dada bagian bawah kea rah dalam (severe chest indrawing).
Penyakit ISPA sering terjadi pada anak-anak. Episode penyakit batuk pilek pada balita di Indonesia diperkirakan 3—6 kali per tahun (rata-rata 4 kali pertahun), artinya seorang balita rata-rata mendapatkan serangan batuk pilek sebanyak 3—6 kali setahun. Dari hasil pengamatan epidemiologi dapat diketahui bahwa angka kesakitan di kota cenderung lebih besar daripada di desa. Hal ini mungkin disebabkan oleh tingkat kepadatan tempat tonggal daripada di desa.
Di negara berkembang, penyakit pneumonia merupakan 25% penyumbang kematian pada anak, terutama pada bayi berusia kurang dari dua bulan. Dari survei kesehatan rumah tangga (SKRT) tahun 1986 diketahui bahwa morbiditas pada bayi akibat pneumonia sebesar 42,4% dan pada balita sebesar 40,6%, sedagkatan angka mortalitas pada bayi akibat pneumonia sebesar 24% dan pada balita sebesar 36%.
Hasil SKRT tahun 1992 menunujukkan bahwa angka mortalitas pada bayi akibat penyakit ISPA menduduki urutan kedua (13%). Di Jawa Tengah pada tahun 1999 penyakit ISPA selalu menduduki rangking satu pada sepuluh besar penyakit pasien rawat jalan di puskesmas